Deskripsi bengkoang
Bengkuang atau bengkoang (Pachyrhizus erosus) diketahui dari umbi (cormus) putihnya yang dapat dikonsumsi untuk elemen rujak serta asinan atau dibuat masker untuk beri kesegaran muka serta memutihkan kulit. Tumbuhan yang datang dari Benua Amerika ini termasuk juga dalam suku polong-polongan atau Fabaceae. Dalam Bahasa Spanyol, tumbuhan ini diketahui untuk xicama atau jícama. Orang Jawa mengatakan untuk besusu (/bəsusu/).
Bengkuang adalah liana tahunan yang bisa capai panjang 4-5m, sedang akarnya bisa capai 2m. Batangnya menyebar serta membelit, dengan rambut-rambut halus yang ke arah bawah.
Daun majemuk menyirip beranak daun 3; bertangkai 8,5-16 cm; anak daun bulat telur melebar, dengan ujung runcing serta bergigi besar, memiliki rambut di ke-2 iris sisinya; anak daun ujung terbesar, bentuk iris ketupat, 7-21 × 6–20 cm.
Bunga bergabung dalam tandan di ujung atau di ketiak daun, sendiri atau bergerombol 2-4 tandan, panjang sampai 60 cm, memiliki rambut coklat. Tabung kelopak bentuk lonceng, kecoklatan, panjang seputar 0,5 cm, bertaju sampai 0,5 cm. Mahkota putih ungu kebiru-biruan, gundul, panjang lk. 2 cm. Batang sari pipih, dengan ujung sedikit menggulung; kepala putik bentuk bola, di bawah ujung batang putik, batang putik di bawah kepala putik berjanggut. Buah polong bentuk garis, pipih, panjang 8–13 cm, memiliki rambut, berbiji 4-9 butir.
Tumbuhan ini membuat umbi akar (cormus) berupa bundar atau membulat seperti gasing dengan berat bisa capai 5 kg. Kulit umbinya tipis berwarna kuning pucat serta sisi dalamnya berwarna putih dengan cairan fresh cukup manis. Umbinya memiliki kandungan gula serta pati dan fosfor serta kalsium. Umbi ini mempunyai dampak pendingin sebab memiliki kandungan kandungan air 86-90%. Rasa manis datang dari satu oligosakarida yang disebutkan inulin (bukan insulin !), yang tidak dapat diolah badan manusia. Karakter ini bermanfaat buat pasien diabetes atau orang yang berdiet rendah kalori.
Umbi bengkuang biasa dipasarkan orang untuk dibuat bahan rujak, asinan, manisan[5], atau digabungkan dalam masakan tradisionil seperti tekwan. Umbi bengkuang seharusnya disimpan pada tempat kering bersuhu 12 °C sampai 16 °C. Temperatur semakin rendah menyebabkan kerusakan. Penyimpanan yang baik bisa membuat umbi bertahan sampai 2 bulan.
Meskipun umbinya bisa dikonsumsi, sisi bengkuang lainnya benar-benar beracun sebab memiliki kandungan rotenon, sama dengan tuba. Toksin ini seringkali digunakan untuk membunuh serangga atau tangkap ikan, khususnya yang diambil dari biji-bijinya.
Walau beracun, biji bengkuang juga bisa dibuat bahan obat. Biji yang ditumbuk serta digabung dengan belerang dipakai untuk mengobati semacam kudis. Sesaat, di Jawa Tengah, 1/2 butir biji bengkuang bisa dipakai untuk obat urus-urus. Keracunan biji bengkuang umumnya ditangani dengan minum air kelapa hijau.[5] Bengkuang konon bisa dipakai untuk mempelancar buang air besar sebab dia memiliki kandungan serat yang semakin tinggi dibanding mangga.